Di kota besar, pasar tradisional identik dengan sentra perekonomian yang sarat akan lingkungan yang kotor dan jorok. Kebersihan lingkungan pasar menjadi salah satu tolak ukur pembanding terhadap status yang disandang pasar modern. Seperti halnya pada supermarket yang nampak higienis, tak hanya pada produk jualannya. Keseluruhan aspek di dalam pasar harus mendukung terciptanya sebuah pasar modern.
Lain lagi bagi sebuah daerah administratif kabupaten, kecamatan hingga kelurahan/desa. Mendengar istilah pasar tradisional, dibenak kita lebih tertuju pada sebuah tempat transaksi bagi kalangan bawah. Jauh dari standar kebersihan dan higienis. Dipenuhi warga pada level ekonomi lemah. Disesaki pembeli yang tidak mengedepankan budaya antri serta tertib.
Namun, berbeda jauh dengan pasar di bilangan Lambocca, Desa Biangkeke, Kecamatan Pa'jukukang, Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Berada di titik terbawah telapak kaki pada peta Sulawesi yang secara fisik membentuk huruf "K". Diberi nama "Pasar Lambocca" berdasarkan letaknya di kampung dengan nama yang sama. Pasar ini mengusung konsep tradisional dengan nuansa modern. Diresmikan tahun 2012 silam sebagai pasar percontohan ke-8 dan merupakan percontohan yang terbaik se-Indonesia oleh Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan Republik Indonesia).
Kemarin (Red. : 27/04), pasar ini kembali terpilih sebagai Unit Percontohan Program Pasar SEJAHTERA (Sehat, Hijau, Bersih, Terawat) dengan ketersediaan Los Basah. Didesain sedemikian rupa, los basah ini ditunjang prasarana sanitasi yang lebih baik. Sehingga air yang berada di atas meja akan langsung mengalir ke dalam pipa saluran di atasnya menuju saluran di sisi kiri dan kanan los tersebut. Dengan demikian akan memudahkan proses pembersihan meja los. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan bersarangnya berbagai macam sumber penyakit yang bisa mengganggu kesehatan.
Dirangkaikan dengan Festival Pasar Rakyat yang diprakarsai Yayasan Danamon Peduli, hadir pada kegiatan tersebut adalah Bupati Bantaeng (Prof. DR. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr), Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ekowati Rahajeng), Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Sri Agustina), Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli (Restu Pratiwi) dan Regional Corporate Officer Danamon Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Dalman Mangiri). Turut hadir pula Wakil Bupati Bantaeng (H. Muhammad Yasin), Ketua GOW Kabupaten Bantaeng (Hj. Aisyah Yasin) para Kepala SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Bantaeng serta beberapa komunitas antara lain Kompasiana, Kelanarasa dan Pilot. Dari pihak Kompasiana, dihadiri oleh Dieki Setiawan (Marcomm Executive Kompasiana) beserta beberapa Kompasianer.
Berbagai lomba diadakan, antara lain Lomba Memasak dan Adu Melukis Tong Sampah. Lomba Memasak yang pesertanya dari kalangan Pedagang Pasar itu dinilai oleh Chef profesional dari Jakarta dan Ketua TP. PKK Kabupaten Bantaeng (Hj. Liestiaty F. Nurdin). Sementara Adu Melukis Tong Sampah diikuti para siswa dari berbagai sekolah di Kabupaten Bantaeng.
Selain itu, dimeriahkan pula dengan hadirnya komunitas pedagang batu akik pada Bazar UMKM. Produk ini menyentuh semua kalangan konsumen. Dijual mulai harga Rp 150,- dan sempat membuat heboh para pengunjung pasar dengan terjualnya sebuah batu akik seharga Rp 23 juta.
Pada kesempatan yang sama, digelar pula Kampanye Radio, Pembuatan Lubang Biopori, Demo Memasak dan Panggung Hiburan serta sesi Talk Show bertajuk "Accarita Santai" dengan teman Menghidupkan Pasar Rakyat dengan Kreativitas. Acara ini menghadirkan H. M. Nurdin Abdullah sebagai Keynote Speaker. Masyarakat diberikan kesempatan untuk berdialog langsung para pembicara dengan membahas seputar kuliner serta hal-hal terkait perkembangan Kabupaten Bantaeng.
Kegiatan Festival Pasar Rakyat ini tidak disia-siakan para Kompasianer untuk melakukan Kopi Darat (KOPDAR). Pasca Festival Pasar Rakyat di Lambocca, Dieki Setiawan bersama rombongan dari Jakarta hunting kuliner di Pantai Seruni bersama Kompasianer Bantaeng (Ambae.exe dan Andi Harianto) dan Kompasianer Bulukumba (Anugerah Usman). "Menikmati pantai yang bersih dan indah, rasanya ingin berlama-lama di daerah ini," tutur salah seorang Kompasianer.
Dengan pemandangan laut di sisi Selatan pada radius ± 200 M dan pegunungan di sisi Utara yang hanya berjarak ± 18 Km. Alam yang menjanjikan bermandikan kesejukan di siang hari dan penuh kemesraan di malam hari dengan hadirnya lampu jalan dan lampu berwarna warni menghiasi pepohonan. Kompasianer berbagi cerita dan pengalaman sambil menikmati Kopi Bonthain dan pisang peppe di salah satu Kafe yang berjejer di Pantai Seruni Bantaeng.
Dari sini, bermunculan berbagai ide dan wacana para Kompasianer. Tentunya, kehadiran mas Dieki (sapaan akrab Kompasianer Dieki Setiawan) menambah keyakinan Kompasianer lainnya untuk dapat mewujudkan ide-ide tersebut. Sebagai langkah awal, Kompasianer Bantaeng mengajak rombongan bertemu Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah). Sekaligus mencoba mempertemukan Bupati Bantaeng untuk bisa mengetahui lebih dekat sosok pemimpin yang diimpikan Indonesia.
Sosok yang dikagumi masyarakat Kabupaten Bantaeng, cukup dihubungi melalui SMS langsung direspon dan bersedia ditemui saat itu juga. KOPDAR pun berlanjut untuk bersua dengan pemegang tertinggi tampuk Pemerintahan di daerah ini.
Diterima di ruang kerjanya yang lebih cocok disebut ruang konferensi pers, mengingat desainnya yang lebih terbuka layaknya ruang tamu sebuah rumah pada umumnya. Bupati Bantaeng meyakinkan para Kompasianer akan kesiapan dirinya menerima dan menyetujui semua rencana kegiatan yang ingin dijalankan. "Kami memiliki fasilitas penunjang, semuanya bisa dipakai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Anda. Tentu kami sangat senang dengan rencana-rencana tersebut." tegas H. M. Nurdin Abdullah dihadapan para Kompasianer.
Lain lagi bagi sebuah daerah administratif kabupaten, kecamatan hingga kelurahan/desa. Mendengar istilah pasar tradisional, dibenak kita lebih tertuju pada sebuah tempat transaksi bagi kalangan bawah. Jauh dari standar kebersihan dan higienis. Dipenuhi warga pada level ekonomi lemah. Disesaki pembeli yang tidak mengedepankan budaya antri serta tertib.
Namun, berbeda jauh dengan pasar di bilangan Lambocca, Desa Biangkeke, Kecamatan Pa'jukukang, Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Berada di titik terbawah telapak kaki pada peta Sulawesi yang secara fisik membentuk huruf "K". Diberi nama "Pasar Lambocca" berdasarkan letaknya di kampung dengan nama yang sama. Pasar ini mengusung konsep tradisional dengan nuansa modern. Diresmikan tahun 2012 silam sebagai pasar percontohan ke-8 dan merupakan percontohan yang terbaik se-Indonesia oleh Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan Republik Indonesia).
Kemarin (Red. : 27/04), pasar ini kembali terpilih sebagai Unit Percontohan Program Pasar SEJAHTERA (Sehat, Hijau, Bersih, Terawat) dengan ketersediaan Los Basah. Didesain sedemikian rupa, los basah ini ditunjang prasarana sanitasi yang lebih baik. Sehingga air yang berada di atas meja akan langsung mengalir ke dalam pipa saluran di atasnya menuju saluran di sisi kiri dan kanan los tersebut. Dengan demikian akan memudahkan proses pembersihan meja los. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan bersarangnya berbagai macam sumber penyakit yang bisa mengganggu kesehatan.
Dirangkaikan dengan Festival Pasar Rakyat yang diprakarsai Yayasan Danamon Peduli, hadir pada kegiatan tersebut adalah Bupati Bantaeng (Prof. DR. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr), Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ekowati Rahajeng), Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Sri Agustina), Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli (Restu Pratiwi) dan Regional Corporate Officer Danamon Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Dalman Mangiri). Turut hadir pula Wakil Bupati Bantaeng (H. Muhammad Yasin), Ketua GOW Kabupaten Bantaeng (Hj. Aisyah Yasin) para Kepala SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Bantaeng serta beberapa komunitas antara lain Kompasiana, Kelanarasa dan Pilot. Dari pihak Kompasiana, dihadiri oleh Dieki Setiawan (Marcomm Executive Kompasiana) beserta beberapa Kompasianer.
Berbagai lomba diadakan, antara lain Lomba Memasak dan Adu Melukis Tong Sampah. Lomba Memasak yang pesertanya dari kalangan Pedagang Pasar itu dinilai oleh Chef profesional dari Jakarta dan Ketua TP. PKK Kabupaten Bantaeng (Hj. Liestiaty F. Nurdin). Sementara Adu Melukis Tong Sampah diikuti para siswa dari berbagai sekolah di Kabupaten Bantaeng.
Selain itu, dimeriahkan pula dengan hadirnya komunitas pedagang batu akik pada Bazar UMKM. Produk ini menyentuh semua kalangan konsumen. Dijual mulai harga Rp 150,- dan sempat membuat heboh para pengunjung pasar dengan terjualnya sebuah batu akik seharga Rp 23 juta.
Pada kesempatan yang sama, digelar pula Kampanye Radio, Pembuatan Lubang Biopori, Demo Memasak dan Panggung Hiburan serta sesi Talk Show bertajuk "Accarita Santai" dengan teman Menghidupkan Pasar Rakyat dengan Kreativitas. Acara ini menghadirkan H. M. Nurdin Abdullah sebagai Keynote Speaker. Masyarakat diberikan kesempatan untuk berdialog langsung para pembicara dengan membahas seputar kuliner serta hal-hal terkait perkembangan Kabupaten Bantaeng.
Kegiatan Festival Pasar Rakyat ini tidak disia-siakan para Kompasianer untuk melakukan Kopi Darat (KOPDAR). Pasca Festival Pasar Rakyat di Lambocca, Dieki Setiawan bersama rombongan dari Jakarta hunting kuliner di Pantai Seruni bersama Kompasianer Bantaeng (Ambae.exe dan Andi Harianto) dan Kompasianer Bulukumba (Anugerah Usman). "Menikmati pantai yang bersih dan indah, rasanya ingin berlama-lama di daerah ini," tutur salah seorang Kompasianer.
Dengan pemandangan laut di sisi Selatan pada radius ± 200 M dan pegunungan di sisi Utara yang hanya berjarak ± 18 Km. Alam yang menjanjikan bermandikan kesejukan di siang hari dan penuh kemesraan di malam hari dengan hadirnya lampu jalan dan lampu berwarna warni menghiasi pepohonan. Kompasianer berbagi cerita dan pengalaman sambil menikmati Kopi Bonthain dan pisang peppe di salah satu Kafe yang berjejer di Pantai Seruni Bantaeng.
Dari sini, bermunculan berbagai ide dan wacana para Kompasianer. Tentunya, kehadiran mas Dieki (sapaan akrab Kompasianer Dieki Setiawan) menambah keyakinan Kompasianer lainnya untuk dapat mewujudkan ide-ide tersebut. Sebagai langkah awal, Kompasianer Bantaeng mengajak rombongan bertemu Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah). Sekaligus mencoba mempertemukan Bupati Bantaeng untuk bisa mengetahui lebih dekat sosok pemimpin yang diimpikan Indonesia.
Sosok yang dikagumi masyarakat Kabupaten Bantaeng, cukup dihubungi melalui SMS langsung direspon dan bersedia ditemui saat itu juga. KOPDAR pun berlanjut untuk bersua dengan pemegang tertinggi tampuk Pemerintahan di daerah ini.
Diterima di ruang kerjanya yang lebih cocok disebut ruang konferensi pers, mengingat desainnya yang lebih terbuka layaknya ruang tamu sebuah rumah pada umumnya. Bupati Bantaeng meyakinkan para Kompasianer akan kesiapan dirinya menerima dan menyetujui semua rencana kegiatan yang ingin dijalankan. "Kami memiliki fasilitas penunjang, semuanya bisa dipakai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Anda. Tentu kami sangat senang dengan rencana-rencana tersebut." tegas H. M. Nurdin Abdullah dihadapan para Kompasianer.
1 comments:
reportase yg menarik. luar biasa jg pak bupati bantaeng yg cukup hangt menerima para kompasianer. semoga bisa bertemu di event selanjutnya. salam
Post a Comment
Be nice. Keep it clean. Stay on topic. No spam.