Showing posts with label BUMDes. Show all posts
Showing posts with label BUMDes. Show all posts
Reog Ponorogo belajar di Afdeling
Thursday, March 21, 2013
Puluhan orang berpakaian Warok memenuhi Rest Area Marina Beach BONTHAIN. Mereka adalah para Kepala Desa, Lurah dan Kepala SKPD terkait bersama Wakil Bupati Ponorogo (Hj. Yuni Widyaningsih, SH). Kehadirannya di BONTHAIN dalam rangka study banding untuk mengetahui lebih jelas dan lebih dalam lagi tentang BONTHAIN dari berbagai aspek. Kabupaten yang terletak 200 Km arah Barat Daya Surabaya ini mendatangkan Kepala Desa dan Lurahnya untuk belajar atas keberhasilan BONTHAIN hingga saat ini untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam penentuan arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Ponorogo. Kami datang jauh-jauh dari Jawa Timur, bukan untuk jalan-jalan pak. Kota-kota yang bergelimang hiburan ada di sekitar Ponorogo, olehnya itu untuk jalan-jalan cukup mengunjungi Surabaya saja atau mungkin saja Yogyakarta, Bandung, Surabaya dan Jakarta. Kedatangan kami semata-mata untuk belajar dan belajar, terang Yuni Widyaningsih dalam sambutannya pada sebuah acara santai bertempat di Marina Beach BONTHAIN (Red. : 20 Maret 2013, 19:30 Wita).
Rombongan ini datang ke BONTHAIN dengan segudang rasa penasaran yang ada di benaknya.
Ada apa dengan BONTHAIN di bawah kepemimpinan H. M. Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng)...???
Ko' bisa ya, kota kecil yang tidak pernah terdengar namanya selama ratusan tahun sejak Indonesia Merdeka. Saat ini bukan saja terdengar jelas. Namun, begitu mengagetkan para anak bangsa sampai membangunkan para penghuni pendopo-pendopo Merah Putih dari berbagai daerah untuk melihat langsung BONTHAIN.
Ada apa...??? Kata yang tidak henti-hentinya dilontarkan seorang Ibu Reog Ponorogo.
Hari ini, para master-master Reog yang berpakaian Warok tersebut akan belajar banyak hal dari BONTHAIN. Mereka akan mengunjungi sejumlah area penting di BONTHAIN dan menimba ilmu dari para aktor dan produser yang ada di BONTHAIN, baik itu petani maupun pejabat dan pengusaha yang berperan aktif atas keberhasilan BONTHAIN dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Fokus study mereka antara lain :
Rombongan ini datang ke BONTHAIN dengan segudang rasa penasaran yang ada di benaknya.
Ada apa dengan BONTHAIN di bawah kepemimpinan H. M. Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng)...???
Ko' bisa ya, kota kecil yang tidak pernah terdengar namanya selama ratusan tahun sejak Indonesia Merdeka. Saat ini bukan saja terdengar jelas. Namun, begitu mengagetkan para anak bangsa sampai membangunkan para penghuni pendopo-pendopo Merah Putih dari berbagai daerah untuk melihat langsung BONTHAIN.
Ada apa...??? Kata yang tidak henti-hentinya dilontarkan seorang Ibu Reog Ponorogo.
Hari ini, para master-master Reog yang berpakaian Warok tersebut akan belajar banyak hal dari BONTHAIN. Mereka akan mengunjungi sejumlah area penting di BONTHAIN dan menimba ilmu dari para aktor dan produser yang ada di BONTHAIN, baik itu petani maupun pejabat dan pengusaha yang berperan aktif atas keberhasilan BONTHAIN dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Fokus study mereka antara lain :
- Sistem Kesehatan dan Pemadam Kebakaran yang mengedepankan pelayanan prima melalui Brigade Siaga Bencana (BSB) BONTHAIN.
- Pertanian berbasis Teknologi melalui penerapan Kultur Jaringan.
- Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
- Industri dengan meningkatnya minat investor untuk menanamkan modalnya di BONTHAIN.
- Jaringan ekspor sebagai wadah penyaluran dan distribusi produksi khususnya sektor pertanian, peternakan dan perikanan.
- Sistem Kebersihan Kota.
- Kabupaten Karangasem
- Kabupaten Gunung Kidul
- dll.
Resi Gudang menjaga Stabilitas Harga
Friday, April 9, 2010Pemerintah Kabupaten Bantaeng mempersiapkan strategi baru untuk mencegah jatuhnya harga pada saat panen berlangsung. Strategi tersebut diwujudkan dalam bentuk Resi Gudang. Dengan resi gudang yang akan dikeluarkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bekerjasama dengan pihak Perbankan, harga bisa bertahan. Pada saat harga jatuh komoditi yang ada di gudang tetap disimpan. Kita keluarkan pada saat harga membaik, kata Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah). Komoditi yang rawan mengalami fluktuasi harga adalah jagung, beras, rumput laut dan beberapa jenis komoditi. Hal ini diungkapkan pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang dilakukan warga Pa’taneteang, Kecamatan Tompobulu yang dipusatkan di Masjid Nurut Thawalib Bungeng.
Komoditi itu, pada saat panen raya secara otomatis akan mengalami penurunan harga. Sedangkan komoditi baru berupa Talas cukup aman karena pasarnya cukup baik. Komoditi yang satu ini mampu menghasilkan 40 ton/Ha saat panen. Dengan harga Rp 5.000/Kg saja, petani talas akan menghasilkan Rp 200 juta sekali panen, tambah Nurdin Abdullah yang mengajak masyarakat untuk menggeluti tanaman berkhasiat anti kanker dan diabetes ini. Berapa pun produksi talas milik petani, semuanya akan diserap PT. Global Seafood International Indonesia (GSII), perusahaan yang akan mengolah talas menjadi komoditas ekspor ke Jepang, ujarnya.
Perusahaan kerja sama Jepang Indonesia itu membutuhkan talas 40 ton/hari untuk memenuhi pasar Negeri Sakura tersebut. Negara Matahari Terbit itu selama ini mendatangkan talas dari China dan beberapa negara lainnya. Meski begitu, berdasarkan hasil penelitian, ternyata talas Bantaeng lebih baik dibanding talas dari China maupun talas Jepang sendiri. Karena itu, ia berharap kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Ketiga komponen ini harus saling membantu agar pembangunan yang bertumpu pada peningkatan kesejahteraan masyarakat terus tumbuh, pinta Bupati. Ia kemudian mengemukakan pertumbuhan selama 1,7 bulan memimpin daerah berjuluk Butta Toa ini.
Dalam kurun waktu tersebut, sejumlah industri sudah melakukan ekspor seperti PT. GSII yang sudah melakukan ekspor produk hasil perikanan dalam bentuk surimi (Bantaeng Surimi) ke Jepang. Perusahaan ini juga segera melakukan ekspor talas, juga ke negara yang pernah hancur pada perang dunia kedua tersebut. Sedangkan Perusahaan Daerah (Perusda) Baji Minasa sudah melakukan ekspor biji kapuk ke Korea. Insya Allah, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Perusahaan Milik Negara (BUMN) China juga akan membangun industri tapioka dan disusul BUMN Malaysia yang akan membangun industri cuka dari aren, terangnya.
Semua industri yang berpangkalan di Bantaeng, termasuk industri pengisian gas elpiji 3 Kg yang segera beroperasi, tentu menyerap tenaga kerja dan pada saatnya tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bantaeng. Menyinggung soal pemanfaatan lahan kering, khususnya di Layoa dan Pa’jukukang, Bupati Bantaeng mengatakan, akan segera dibangun Cekdam Batumassong. Pembangunan cekdam tersebut akan memanfaatkan 30% air Sungai Bialo. Sisanya akan dimanfaatkan oleh Kabupaten Bulukumba yang merupakan Kabupaten tetangga terdekat di bagian Timur Bonthain. Bila fasilitas ini berhasil dibangun, maka lahan kering di Layoa dan Pa’jukukang akan berubah menjadi lahan subur. Karena itu, ia berharap warga Pa’taneteang turut menjaga sumber air yang akan menghidupi ke dua desa yang selama ini selalu gagal panen, pintanya.
Komoditi itu, pada saat panen raya secara otomatis akan mengalami penurunan harga. Sedangkan komoditi baru berupa Talas cukup aman karena pasarnya cukup baik. Komoditi yang satu ini mampu menghasilkan 40 ton/Ha saat panen. Dengan harga Rp 5.000/Kg saja, petani talas akan menghasilkan Rp 200 juta sekali panen, tambah Nurdin Abdullah yang mengajak masyarakat untuk menggeluti tanaman berkhasiat anti kanker dan diabetes ini. Berapa pun produksi talas milik petani, semuanya akan diserap PT. Global Seafood International Indonesia (GSII), perusahaan yang akan mengolah talas menjadi komoditas ekspor ke Jepang, ujarnya.
Perusahaan kerja sama Jepang Indonesia itu membutuhkan talas 40 ton/hari untuk memenuhi pasar Negeri Sakura tersebut. Negara Matahari Terbit itu selama ini mendatangkan talas dari China dan beberapa negara lainnya. Meski begitu, berdasarkan hasil penelitian, ternyata talas Bantaeng lebih baik dibanding talas dari China maupun talas Jepang sendiri. Karena itu, ia berharap kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Ketiga komponen ini harus saling membantu agar pembangunan yang bertumpu pada peningkatan kesejahteraan masyarakat terus tumbuh, pinta Bupati. Ia kemudian mengemukakan pertumbuhan selama 1,7 bulan memimpin daerah berjuluk Butta Toa ini.
Dalam kurun waktu tersebut, sejumlah industri sudah melakukan ekspor seperti PT. GSII yang sudah melakukan ekspor produk hasil perikanan dalam bentuk surimi (Bantaeng Surimi) ke Jepang. Perusahaan ini juga segera melakukan ekspor talas, juga ke negara yang pernah hancur pada perang dunia kedua tersebut. Sedangkan Perusahaan Daerah (Perusda) Baji Minasa sudah melakukan ekspor biji kapuk ke Korea. Insya Allah, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Perusahaan Milik Negara (BUMN) China juga akan membangun industri tapioka dan disusul BUMN Malaysia yang akan membangun industri cuka dari aren, terangnya.
Semua industri yang berpangkalan di Bantaeng, termasuk industri pengisian gas elpiji 3 Kg yang segera beroperasi, tentu menyerap tenaga kerja dan pada saatnya tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bantaeng. Menyinggung soal pemanfaatan lahan kering, khususnya di Layoa dan Pa’jukukang, Bupati Bantaeng mengatakan, akan segera dibangun Cekdam Batumassong. Pembangunan cekdam tersebut akan memanfaatkan 30% air Sungai Bialo. Sisanya akan dimanfaatkan oleh Kabupaten Bulukumba yang merupakan Kabupaten tetangga terdekat di bagian Timur Bonthain. Bila fasilitas ini berhasil dibangun, maka lahan kering di Layoa dan Pa’jukukang akan berubah menjadi lahan subur. Karena itu, ia berharap warga Pa’taneteang turut menjaga sumber air yang akan menghidupi ke dua desa yang selama ini selalu gagal panen, pintanya.
Bonthain
Bantaeng terletak di sebelah selatan Propinsi Sulawesi Selatan
dengan jarak tempuh 120 Kilometer dari kota Makassar. Dapat ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan dari Makassar dengan mengendarai mobil atau sepeda motor
Bantaeng terletak di sebelah selatan Propinsi Sulawesi Selatan
dengan jarak tempuh 120 Kilometer dari kota Makassar. Dapat ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan dari Makassar dengan mengendarai mobil atau sepeda motor