Jurnalis dari Negeri Belanda (Wendy van den Hurk) berkunjung ke Kabupaten Bantaeng. Jurnalis dari Koran PZC (www.pzc.nl) yang ditemani General Manager AMBAE, Koodinator Liputan Harian Fajar (Ruslan Ramli) dan Kabag. Humas Kabupaten Bantaeng melakukan penelusuran sejarah kedatangan Belanda di Bantaeng. Wendy van den Hurk yang juga bekerja pada perusahaan media online di negeri Kincir Angin tersebut juga melihat dari dekat perkembangan pembangunan, termasuk program pengembangan tanaman hias (bunga potong) Krissan di Loka, Kecamatan Ulu Ere.
Selama berada di Bonthain, Wendy mendatangi bangunan peninggalan Belanda, seperti :
1. Gereja Protestan yang dibangun pada tahun 1939
2. Kantor KODIM 1410 Bantaeng yang merupakan bekas kantor Pemerintahan Belanda
3. Rumah Tahanan (Rutan)
4. Pekuburan Belanda yang terletak di Jl. Pemuda Bantaeng
Selain itu, wartawati PZC itu juga berencana mengunjungi "Balla Tujua ri Onto", Insya Allah besok 4 April 2010. Lokasi ini merupakan situs sejarah yang pernah menjadi ibukota BONTHAIN (nama Bantaeng pada zaman Belanda). Selain melihat langsung kondisi lapangan, jurnalis dari Negeri Keju itu banyak mendapat masukan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Andi Pawiloi Kr. Nippong).
Wendy bersama General Manager AMBAE dan Koodinator Liputan Harian Fajar (Ruslan Ramli) melalui Kabag. Humas Kabupaten Bantaeng berkesempatan bertatap muka dengan Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah). Bupati Bantaeng yang menerima kedatangan Tim tersebut berharap, Wendy bisa menulis tentang kabupaten yang pernah dipimpin 86 Residen ini. Kita tak mungkin melupakan sejarah. Namun seiring dengan kemajuan zaman, kami berharap Pemerintah Belanda bisa member perhatian kepada daerah dimana dia juga pernah hadir, urainya.
Untuk itu, Nurdin berharap melalui tulisan PZC akan ada perhatian Pemerintah Belanda untuk turut memajukan pembangunan di Kabupaten berjuluk Butta Toa ini, tambahnya. Pada zaman Belanda, Bantaeng sangat maju. Selain menjadi pusat pemerintahan yang membawahi Kabupaten Jeneponto, Bulukumba hingga Selayar, daerah ini juga menjadi pusat pendidikan dan ekonomi di bagian selatan Sulsel.
Kini, banyak perubahan, namun masih juga banyak masyarakat miskin yang memerlukan perhatian untuk ditingkatkan kesejahteraannya. Karena itu, bila memungkinkan Pemda Kabupaten berharap ke depan dapat dilakukan kerja sama dalam bentuk kota kembar (Sister City). Tahap awal, Pemda Kabupaten Bantaeng akan melakukan kerja sama erat dalam bentuk Sister City dengan salah satu kota di Jepang yakni Matsuyama. Negeri Matahari Terbit itu juga akan menyerahkan mobil Ambulance, Pemadam Kebakaran dan Sepeda.
Pada kesempatan itu juga akan dilakukan penanaman secara massal bunga Sakura. Ia berharap, kerja sama antar kota ini akan lebih memudahkan pengembangan Sumber Daya Manusia untuk menunjang pengembangan daerah. Nurdin Abdullah juga mengemukakan keinginannya melestarikan bangunan tua yang dibangun Belanda tersebut dalam bentuk museum. Dengan begitu, ia berharap menjadi spirit bagi generasi muda untuk memajukan daerah.
Selama berada di Bonthain, Wendy mendatangi bangunan peninggalan Belanda, seperti :
1. Gereja Protestan yang dibangun pada tahun 1939
2. Kantor KODIM 1410 Bantaeng yang merupakan bekas kantor Pemerintahan Belanda
3. Rumah Tahanan (Rutan)
4. Pekuburan Belanda yang terletak di Jl. Pemuda Bantaeng
Selain itu, wartawati PZC itu juga berencana mengunjungi "Balla Tujua ri Onto", Insya Allah besok 4 April 2010. Lokasi ini merupakan situs sejarah yang pernah menjadi ibukota BONTHAIN (nama Bantaeng pada zaman Belanda). Selain melihat langsung kondisi lapangan, jurnalis dari Negeri Keju itu banyak mendapat masukan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Andi Pawiloi Kr. Nippong).
Wendy bersama General Manager AMBAE dan Koodinator Liputan Harian Fajar (Ruslan Ramli) melalui Kabag. Humas Kabupaten Bantaeng berkesempatan bertatap muka dengan Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah). Bupati Bantaeng yang menerima kedatangan Tim tersebut berharap, Wendy bisa menulis tentang kabupaten yang pernah dipimpin 86 Residen ini. Kita tak mungkin melupakan sejarah. Namun seiring dengan kemajuan zaman, kami berharap Pemerintah Belanda bisa member perhatian kepada daerah dimana dia juga pernah hadir, urainya.
Untuk itu, Nurdin berharap melalui tulisan PZC akan ada perhatian Pemerintah Belanda untuk turut memajukan pembangunan di Kabupaten berjuluk Butta Toa ini, tambahnya. Pada zaman Belanda, Bantaeng sangat maju. Selain menjadi pusat pemerintahan yang membawahi Kabupaten Jeneponto, Bulukumba hingga Selayar, daerah ini juga menjadi pusat pendidikan dan ekonomi di bagian selatan Sulsel.
Kini, banyak perubahan, namun masih juga banyak masyarakat miskin yang memerlukan perhatian untuk ditingkatkan kesejahteraannya. Karena itu, bila memungkinkan Pemda Kabupaten berharap ke depan dapat dilakukan kerja sama dalam bentuk kota kembar (Sister City). Tahap awal, Pemda Kabupaten Bantaeng akan melakukan kerja sama erat dalam bentuk Sister City dengan salah satu kota di Jepang yakni Matsuyama. Negeri Matahari Terbit itu juga akan menyerahkan mobil Ambulance, Pemadam Kebakaran dan Sepeda.
Pada kesempatan itu juga akan dilakukan penanaman secara massal bunga Sakura. Ia berharap, kerja sama antar kota ini akan lebih memudahkan pengembangan Sumber Daya Manusia untuk menunjang pengembangan daerah. Nurdin Abdullah juga mengemukakan keinginannya melestarikan bangunan tua yang dibangun Belanda tersebut dalam bentuk museum. Dengan begitu, ia berharap menjadi spirit bagi generasi muda untuk memajukan daerah.
1 comments:
@hangeng...
thanks 4 visit.......
Post a Comment
Be nice. Keep it clean. Stay on topic. No spam.