Shalat Idul Fitri baru saja selesai digelar untuk kedua kalinya. Kembali terjadi perulangan fenomena yang sama seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa Lebaran tahun ini menyisakan cerita berbeda dari yang pernah ada. Setelah sebelumnya terjadi penundaan, pembatalan atau apa pun istilahnya, Alhamdulillah umat Muslim di seluruh dunia telah menunaikan Shalat Idul Fitri. Meninggalkan Ramadhan dan senantiasa merayakan hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh. Tujuh (7) kali Takbir pada raka’at pertama selain Takbiratul Ihram dan lima (5) kali Takbir pada raka’at kedua selain Takbiratul Qiyam. Kemudian sang khatib kembali mengumandangkan Takbir, Tahmid dan Tasbih seraya mengingatkan kepada kita semua akan Perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Shalat idul Fitri merupakan inti sari dari pelaksanaan lebaran yang akan berlanjut pada sesi Silaturahim. Saling bermaafan, menyadari tiap kesalahan yang pernah diperbuat, baik disengaja maupun tidak disengaja. Menyodorkan tangan dan menjabat tangan kepada sesamanya. Dengan tulus memohon maaf dari hati yang paling dalam seraya berkata Minal Aidin Wal Faidzin. Maafkan semua kesalahanku saudaraku, aku menyesal dan berjanji untuk tidak mengulanginya di masa mendatang.
Sejak dua hari ini, santer diperdebatkan di tiap sudut dunia nyata maupun dunia maya perihal perbedaan penetapan dan pelaksanaan lebaran. Sesungguhnya hal ini tidak patut diperdebatkan sehebat-hebatnya. Wajarlah kalau setiap insan bertanya sembari memberontak dalam hatinya karena kekecewaan bercampur jengkel. Tapi, layakkah kita menyalahkan pihak tertentu dan menganggap diri ini yang paling benar. Kiranya tidak layak berlaku seperti itu meskipun pada hakikatnya pihak tertentu telah berlaku salah dan pihak lainnya berlaku benar. Kembalikanlah semuanya pada Allah Swt. Allah Maha Mengetahui atas apa pun yang ada di langit dan yang ada di bumi. Allah Maha mengampuni atas segala kesalahan yang diperbuat hamba-NYA. Iyyaka Na’budu Waiyyaka Nastain (Hanya kepada-NYA kita memohon dan hanya kepada-NYA kita berserah).
Ramadhan telah mengajarkan kita bersabar dan menahan segala amarah. Mendekatkan diri pada Yang Kuasa melalui media ibadah, baik Shalat, Puasa, Zakat, Tadarrus dan sebagainya. Akankah perilaku kita kembali ke jalan yang dimurkai Allah Swt seiring dengan berakhirnya Ramadhan...??? 1 Syawal 1432 H mengantar kita pada titik Nol (0). Tak ubahnya bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Hari ini kita diperhadapkan pada awal menuju sebelas bulan yang penuh dengan cobaan terberat. Setiap coretan yang kita torehkan akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Lebaran menyisakan banyak cerita, kegembiraan bercampur kecewa dan kesedihan bercampur bahagia. Beberapa peninggalan lebaran kali ini :
Ketupat
Merayakan lebaran tanpa makanan yang satu ini, rasanya hampa. Lebaran yang tertunda membuat berang kaum Muslimah. Di Bonthain dikenal beberapa jenis makanan khas lebaran antara lain Katupa’, Salonde', Gagape’, Burasa’, Lappa’-lappa’, Lekese’, Dake, Ipi’, Lammang dan Songkolo’. Beragam makanan ini harus siap sedia sebelum lebaran tiba. Karena penundaan oleh Pemerintah, ibu-ibu harus merelakan makanan tersebut menunggu sehari lagi. Daripada terkesan terjadi pembiaran, Sahur di hari terakhir ditemani makanan lebaran.
Full
Sehari sebelumnya telah dilaksanakan Shalat Ied di berbagai tempat. Mirip kejadian tahun lalu, perbedaan ini telah membagi jama’ah Ied untuk melaksanakan Shalat Ied. Masjid/Mushallah maupun Tanah Tapang di berbagai lokasi tidaklah sepadat yang bisa dibayangkan. Sebagian besar umat Muslim yang telah merayakan lebaran kemarin, pada hari ini cukup menjadi penonton menyaksikan umat Muslim lainnya berbondong-bondong menuju lokasi pelaksanaan Shalat Ied. Kemacetan lalu lintas akibat pengguna jalan yang membludak pun dapat diminimalkan.
Mudik
Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki sebagian besar negara lainnya di dunia ini. Mudik merupakan bagian tak terpisahkan dari Lebaran itu sendiri. Sebelumnya, pemudik merasa khawatir terlambat tiba di kampung halamannya. Hal ini terus menghantui pikiran para pemudik karena padatnya arus mudik dimana-mana. Namun, kekhawatiran itu cukup berkurang dengan ditundanya lebaran sehari dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Introspeksi
Perbedaan menjadi tanggung jawab Pemerintah. Betapa tidak, Pemerintah adalah Imam bagi masyarakat bangsa ini. Namun kesalahan belum tentu sepenuhnya menjadi tanggung Pemerintah. Siapa pun yang salah, kiranya janganlah diperdebatkan lagi. Sekali lagi, kita kembalikan pada Allah Swt. Tapi, tidak sampai disitu lantas selesai permasalahan ini. Pemerintah bersama semua pihak harus introspeksi diri, termasuk kita semua sebagai masyarakat yang menjadi obyek ketetapan diimaksud. Sebagian kalangan beranggapan bahwa awal perbedaan ini disebabkan oleh munculnya beberapa mazhab yang ada di negeri Merah Putih ini. Indonesia dikenal dengan keberagamannya, tapi janganlah keberagaman itu menjadikan selalu berseberangan satu sama lain. Mari menyatukan kesemuanya itu yang nantinya akan berdampak pula pada penyelesaian tiap masalah yang bergulir di negeri ini.
Libur
Lebaran memberikan kebahagian tersendiri, khususnya bagi para Tenaga Kerja baik itu Pegawai Negeri, Karyawan atau pun Buruh. jauh-jauh hari, Pemerintah telah menetapkan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ditetapkannya hari lebaran pada 2 hari yang berbeda berakibat pada bertambahnya hari libur, minimal sehari. Mungkin perihal ini tidak berlaku pada instansi resmi Pemerintah atau pun Perusahaan ternama di negeri ini. Tapi, bisa saja berlaku pada perusahaan/usaha kecil dan menengah. Kita anggap saja sebuah keluarga telah menetapkan masa libur selama 5 hari kepada Pembantu Rumah Tangga yang bekerja di rumahnya. Berarti Pembantu tersebut harus kembali masuk kerja pada tanggal 5 September 2011. Mengingat sang Pembantu merayakan lebaran pada tanggal 31 Agustus 2011, maka seharusnya hari kerjanya dimulai pada tanggal 6 September 2011. Bertambah atau berkurangnya hari libur seseorang bergantung pada aturan main yang diterapkan pada tempat kerja bersangkutan.
Puasa
Bagi saudara Muslim yang merayakan lebaran kemarin, Puasa Ramadhan hanya berlangsung selama 29 hari lamanya. Dengan asumsi bahwa 1 Ramadhan 1432 H dimulai pada tanggal 1 Agustus 2011. Namun bagi mereka yang merayakan lebaran hari ini, secara otomatis telah melaksanakan Puasa Ramadhan selama 30 hari lamanya.
Ugal-ugalan
Pada dasarnya puncak pawai takbiran berlangsung sehari sebelumnya atau pada Senin malam tanggal 29 Agustus 2011. Namun, kekecewaan dirasakan oleh sebagian besar pihak. Penetapan 1 Syawal 1432 H diumumkan pada saat pawai takbiran berlangsung. Kekecewaan itu, menjadi faktor utama para peserta pawai Takbiran untuk tidak lagi ambil bagian pada pawai Takbiran malam berikutnya. Meskipun penurunannya tidak terjadi secara signifikan, paling tidak dapat meminimalisir perilaku ugal-ugalan di jalan raya khususnya pengendara roda dua.
Tarwih
Shalat Tarwih disunnahkan bagi kaum Muslimin hanya pada bulan suci Ramadhan. Sunnah bukan berarti tidak penting karena selama Ramadhan umat Muslimin diharapkan mengerjakan berbagai ibadah. Dengan harapan semua ibadah yang dikerjakan bernilai amalan di sisi Allah Swt. “Saya tidak puasa lagi hari ini karena semalam saya tidak melaksanakan Shalat Tarwih dan Shalat Witir. Kenapa bisa...??? Bukannya saya pengikut Muhammadiyah atau Nahdhatul Ulama, saya tetap penganut Ulil Amri. Masalahnya, saya tidak tahu perihal penundaan lebaran ini karena saya terlampau cepat tidur. Demikian dituturkan Daeng Arif (salah seorang warga Bonthain). Baginya tarwih itu menjadi penanda bahwa esok dirinya masih harus berpuasa. Berarti dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak melaksanakan Shalat Tarwih dan Shalat Witir pada malam ke-30 Ramadhan. Ada yang tetap melaksanakannya dan esoknya kembali berpuasa di hari akhir Ramadhan. Ada pula yang lebih memilih untuk tidak Shalat Tarwih maupun Shalat Witir dan esoknya (kemaren, RED) melaksanakan Shalat Idul Fitri.
Baru
Berburu hal-hal baru menjelang lebaran bukanlah fenomena baru di negeri ini. Ketimbang di awal Ramadhan, kaum Muslimin di seantero Indonesia lebih memilih membeli pakaian baru pada detik-detik terakhir Ramadhan. Dengan ditundanya lebaran oleh Pemerintah, maka cukup sehari lagi peluang untuk berbelanja ria bagi masyarakat.
Panen
Daging yang sedianya dicicipi pada hari lebaran kemarin, oleh kalangan yang merayakan lebaran hari ini harus rela membeli lagi daging yang baru di pasar. Para penjual daging dan bahan makanan pokok lainnya di pasar mendulang untung lebih banyak, jauh dibanding perkiraannya semula. Sama halnya dengan penjual pulsa di Counter/Gerai/Agen Pulsa Handphone. Banyak orderan pulsa elektrik, banyak pula pemasukan baginya. SMS berisi ucapan lebaran harus terkirim kepada keluarga dan teman-teman. Apalagi bagi mereka yang doyan bergelut dengan dunia maya.
Media
Ada saja bahan publikasi media cetak maupun media elektronik dan media online. Terjadinya perseteruan antara dua kubu yang menetapkan 1 Syawal 1432 H, menjadi bahan siar bagi beberapa media. Aktual, tajam dan membingungkan bagi masyarakat. Kalangan tertentu tidak mau tinggal diam, sebagian dari penghuni bumi ini memanfaatkan perseteruan tersebut. Lagi-lagi, telah terjadi pembengkakan masalah yang seharusnya tidak perlu diperbesar.
Silaturahim
Lebaran ditandai pula dengan ajang silaturahim kepada keluarga dan teman. Sehari sebelumnya, sebagian umat Muslimin telah merayakan lebaran. Namun, silaturahim terasa masih belum ramai karena sebagian kalangan yang lainnya baru merayakan lebaran hari ini.
Angpao
Anak-anak bergembira saat lebaran tiba. Orang tua harus menyiapkan uang recehan dan membagikannya kepada anak-anak. Bagi anak-anak tidak masalah lebaran dilaksanakan setiap hari sepanjang tahun. Setiap perayaan mereka harus mengumpulkan angpao guna modal jajan di warung tetangga.
Koran
Mengapa koran perlu dibahas...??? Terkhusus bagi mereka yang melaksanakan Shalat Idul Fitri di tanah lapang, sudah menjadi tradisi bila koran menjadi pengalas Sajadah. Berangkat dari rumah menuju tanah lapang harus siap sedia koran selembar menemani perayaan lebaran. Koran digunakan bukan sekedar gagah-gagahan, di pagi buta tanah lapang masih dibasahi embun. Terlebih lagi bilamana lokasi tanah lapang tersebut kondisinya kotor karena debu atau pun becek karena semalam sebelumnya diguyur hujan. Namun yang namanya manusia biasa, koran yang sedari tadi setia menemaninya langsung dicampakkan begitu saja setelah melaksanakan Shalat Ied. Lokasi pelaksanaan Shalat Ied pun berubah wajah menjadi tempat pembuangan sampah koran. Alhasil yang dipusingkan adalah para petugas kebersihan yang semestinya pada hari lebaran bersilaturahim dan berkumpul bersama keluarganya.
Dan masih banyak lagi sisa lebaran. Dari semua peninggalan itu, marilah kita introspeksi diri masing-masing. Khusus kepada Pemerintah, diharapkan kedepannya lebih bijak dalam mengambil keputusan yang tepat. Perbedaan yang terjadi selama ini harusnya dicarikan jalan terbaik. Sehingga masyarakat lebih menghargai dan menghormati kepemimpinan Pemerintahan yang sedang berjalan.
Bagi kita semua yang telah merayakan Idul Fitri 1432 H, baik bagi Anda yang merayakannya kemarin maupun hari ini, Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan bathin seraya berharap sejak 1 Syawal 1432 H ini, Allah Swt selalu memberikan petunjuk dan Inayah-NYA kepada kita semua.
Sejak dua hari ini, santer diperdebatkan di tiap sudut dunia nyata maupun dunia maya perihal perbedaan penetapan dan pelaksanaan lebaran. Sesungguhnya hal ini tidak patut diperdebatkan sehebat-hebatnya. Wajarlah kalau setiap insan bertanya sembari memberontak dalam hatinya karena kekecewaan bercampur jengkel. Tapi, layakkah kita menyalahkan pihak tertentu dan menganggap diri ini yang paling benar. Kiranya tidak layak berlaku seperti itu meskipun pada hakikatnya pihak tertentu telah berlaku salah dan pihak lainnya berlaku benar. Kembalikanlah semuanya pada Allah Swt. Allah Maha Mengetahui atas apa pun yang ada di langit dan yang ada di bumi. Allah Maha mengampuni atas segala kesalahan yang diperbuat hamba-NYA. Iyyaka Na’budu Waiyyaka Nastain (Hanya kepada-NYA kita memohon dan hanya kepada-NYA kita berserah).
Ramadhan telah mengajarkan kita bersabar dan menahan segala amarah. Mendekatkan diri pada Yang Kuasa melalui media ibadah, baik Shalat, Puasa, Zakat, Tadarrus dan sebagainya. Akankah perilaku kita kembali ke jalan yang dimurkai Allah Swt seiring dengan berakhirnya Ramadhan...??? 1 Syawal 1432 H mengantar kita pada titik Nol (0). Tak ubahnya bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Hari ini kita diperhadapkan pada awal menuju sebelas bulan yang penuh dengan cobaan terberat. Setiap coretan yang kita torehkan akan kita pertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Lebaran menyisakan banyak cerita, kegembiraan bercampur kecewa dan kesedihan bercampur bahagia. Beberapa peninggalan lebaran kali ini :
Ketupat
Merayakan lebaran tanpa makanan yang satu ini, rasanya hampa. Lebaran yang tertunda membuat berang kaum Muslimah. Di Bonthain dikenal beberapa jenis makanan khas lebaran antara lain Katupa’, Salonde', Gagape’, Burasa’, Lappa’-lappa’, Lekese’, Dake, Ipi’, Lammang dan Songkolo’. Beragam makanan ini harus siap sedia sebelum lebaran tiba. Karena penundaan oleh Pemerintah, ibu-ibu harus merelakan makanan tersebut menunggu sehari lagi. Daripada terkesan terjadi pembiaran, Sahur di hari terakhir ditemani makanan lebaran.
Full
Sehari sebelumnya telah dilaksanakan Shalat Ied di berbagai tempat. Mirip kejadian tahun lalu, perbedaan ini telah membagi jama’ah Ied untuk melaksanakan Shalat Ied. Masjid/Mushallah maupun Tanah Tapang di berbagai lokasi tidaklah sepadat yang bisa dibayangkan. Sebagian besar umat Muslim yang telah merayakan lebaran kemarin, pada hari ini cukup menjadi penonton menyaksikan umat Muslim lainnya berbondong-bondong menuju lokasi pelaksanaan Shalat Ied. Kemacetan lalu lintas akibat pengguna jalan yang membludak pun dapat diminimalkan.
Mudik
Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki sebagian besar negara lainnya di dunia ini. Mudik merupakan bagian tak terpisahkan dari Lebaran itu sendiri. Sebelumnya, pemudik merasa khawatir terlambat tiba di kampung halamannya. Hal ini terus menghantui pikiran para pemudik karena padatnya arus mudik dimana-mana. Namun, kekhawatiran itu cukup berkurang dengan ditundanya lebaran sehari dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Introspeksi
Perbedaan menjadi tanggung jawab Pemerintah. Betapa tidak, Pemerintah adalah Imam bagi masyarakat bangsa ini. Namun kesalahan belum tentu sepenuhnya menjadi tanggung Pemerintah. Siapa pun yang salah, kiranya janganlah diperdebatkan lagi. Sekali lagi, kita kembalikan pada Allah Swt. Tapi, tidak sampai disitu lantas selesai permasalahan ini. Pemerintah bersama semua pihak harus introspeksi diri, termasuk kita semua sebagai masyarakat yang menjadi obyek ketetapan diimaksud. Sebagian kalangan beranggapan bahwa awal perbedaan ini disebabkan oleh munculnya beberapa mazhab yang ada di negeri Merah Putih ini. Indonesia dikenal dengan keberagamannya, tapi janganlah keberagaman itu menjadikan selalu berseberangan satu sama lain. Mari menyatukan kesemuanya itu yang nantinya akan berdampak pula pada penyelesaian tiap masalah yang bergulir di negeri ini.
Libur
Lebaran memberikan kebahagian tersendiri, khususnya bagi para Tenaga Kerja baik itu Pegawai Negeri, Karyawan atau pun Buruh. jauh-jauh hari, Pemerintah telah menetapkan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ditetapkannya hari lebaran pada 2 hari yang berbeda berakibat pada bertambahnya hari libur, minimal sehari. Mungkin perihal ini tidak berlaku pada instansi resmi Pemerintah atau pun Perusahaan ternama di negeri ini. Tapi, bisa saja berlaku pada perusahaan/usaha kecil dan menengah. Kita anggap saja sebuah keluarga telah menetapkan masa libur selama 5 hari kepada Pembantu Rumah Tangga yang bekerja di rumahnya. Berarti Pembantu tersebut harus kembali masuk kerja pada tanggal 5 September 2011. Mengingat sang Pembantu merayakan lebaran pada tanggal 31 Agustus 2011, maka seharusnya hari kerjanya dimulai pada tanggal 6 September 2011. Bertambah atau berkurangnya hari libur seseorang bergantung pada aturan main yang diterapkan pada tempat kerja bersangkutan.
Puasa
Bagi saudara Muslim yang merayakan lebaran kemarin, Puasa Ramadhan hanya berlangsung selama 29 hari lamanya. Dengan asumsi bahwa 1 Ramadhan 1432 H dimulai pada tanggal 1 Agustus 2011. Namun bagi mereka yang merayakan lebaran hari ini, secara otomatis telah melaksanakan Puasa Ramadhan selama 30 hari lamanya.
Ugal-ugalan
Pada dasarnya puncak pawai takbiran berlangsung sehari sebelumnya atau pada Senin malam tanggal 29 Agustus 2011. Namun, kekecewaan dirasakan oleh sebagian besar pihak. Penetapan 1 Syawal 1432 H diumumkan pada saat pawai takbiran berlangsung. Kekecewaan itu, menjadi faktor utama para peserta pawai Takbiran untuk tidak lagi ambil bagian pada pawai Takbiran malam berikutnya. Meskipun penurunannya tidak terjadi secara signifikan, paling tidak dapat meminimalisir perilaku ugal-ugalan di jalan raya khususnya pengendara roda dua.
Tarwih
Shalat Tarwih disunnahkan bagi kaum Muslimin hanya pada bulan suci Ramadhan. Sunnah bukan berarti tidak penting karena selama Ramadhan umat Muslimin diharapkan mengerjakan berbagai ibadah. Dengan harapan semua ibadah yang dikerjakan bernilai amalan di sisi Allah Swt. “Saya tidak puasa lagi hari ini karena semalam saya tidak melaksanakan Shalat Tarwih dan Shalat Witir. Kenapa bisa...??? Bukannya saya pengikut Muhammadiyah atau Nahdhatul Ulama, saya tetap penganut Ulil Amri. Masalahnya, saya tidak tahu perihal penundaan lebaran ini karena saya terlampau cepat tidur. Demikian dituturkan Daeng Arif (salah seorang warga Bonthain). Baginya tarwih itu menjadi penanda bahwa esok dirinya masih harus berpuasa. Berarti dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak melaksanakan Shalat Tarwih dan Shalat Witir pada malam ke-30 Ramadhan. Ada yang tetap melaksanakannya dan esoknya kembali berpuasa di hari akhir Ramadhan. Ada pula yang lebih memilih untuk tidak Shalat Tarwih maupun Shalat Witir dan esoknya (kemaren, RED) melaksanakan Shalat Idul Fitri.
Baru
Berburu hal-hal baru menjelang lebaran bukanlah fenomena baru di negeri ini. Ketimbang di awal Ramadhan, kaum Muslimin di seantero Indonesia lebih memilih membeli pakaian baru pada detik-detik terakhir Ramadhan. Dengan ditundanya lebaran oleh Pemerintah, maka cukup sehari lagi peluang untuk berbelanja ria bagi masyarakat.
Panen
Daging yang sedianya dicicipi pada hari lebaran kemarin, oleh kalangan yang merayakan lebaran hari ini harus rela membeli lagi daging yang baru di pasar. Para penjual daging dan bahan makanan pokok lainnya di pasar mendulang untung lebih banyak, jauh dibanding perkiraannya semula. Sama halnya dengan penjual pulsa di Counter/Gerai/Agen Pulsa Handphone. Banyak orderan pulsa elektrik, banyak pula pemasukan baginya. SMS berisi ucapan lebaran harus terkirim kepada keluarga dan teman-teman. Apalagi bagi mereka yang doyan bergelut dengan dunia maya.
Media
Ada saja bahan publikasi media cetak maupun media elektronik dan media online. Terjadinya perseteruan antara dua kubu yang menetapkan 1 Syawal 1432 H, menjadi bahan siar bagi beberapa media. Aktual, tajam dan membingungkan bagi masyarakat. Kalangan tertentu tidak mau tinggal diam, sebagian dari penghuni bumi ini memanfaatkan perseteruan tersebut. Lagi-lagi, telah terjadi pembengkakan masalah yang seharusnya tidak perlu diperbesar.
Silaturahim
Lebaran ditandai pula dengan ajang silaturahim kepada keluarga dan teman. Sehari sebelumnya, sebagian umat Muslimin telah merayakan lebaran. Namun, silaturahim terasa masih belum ramai karena sebagian kalangan yang lainnya baru merayakan lebaran hari ini.
Angpao
Anak-anak bergembira saat lebaran tiba. Orang tua harus menyiapkan uang recehan dan membagikannya kepada anak-anak. Bagi anak-anak tidak masalah lebaran dilaksanakan setiap hari sepanjang tahun. Setiap perayaan mereka harus mengumpulkan angpao guna modal jajan di warung tetangga.
Koran
Mengapa koran perlu dibahas...??? Terkhusus bagi mereka yang melaksanakan Shalat Idul Fitri di tanah lapang, sudah menjadi tradisi bila koran menjadi pengalas Sajadah. Berangkat dari rumah menuju tanah lapang harus siap sedia koran selembar menemani perayaan lebaran. Koran digunakan bukan sekedar gagah-gagahan, di pagi buta tanah lapang masih dibasahi embun. Terlebih lagi bilamana lokasi tanah lapang tersebut kondisinya kotor karena debu atau pun becek karena semalam sebelumnya diguyur hujan. Namun yang namanya manusia biasa, koran yang sedari tadi setia menemaninya langsung dicampakkan begitu saja setelah melaksanakan Shalat Ied. Lokasi pelaksanaan Shalat Ied pun berubah wajah menjadi tempat pembuangan sampah koran. Alhasil yang dipusingkan adalah para petugas kebersihan yang semestinya pada hari lebaran bersilaturahim dan berkumpul bersama keluarganya.
Dan masih banyak lagi sisa lebaran. Dari semua peninggalan itu, marilah kita introspeksi diri masing-masing. Khusus kepada Pemerintah, diharapkan kedepannya lebih bijak dalam mengambil keputusan yang tepat. Perbedaan yang terjadi selama ini harusnya dicarikan jalan terbaik. Sehingga masyarakat lebih menghargai dan menghormati kepemimpinan Pemerintahan yang sedang berjalan.
Bagi kita semua yang telah merayakan Idul Fitri 1432 H, baik bagi Anda yang merayakannya kemarin maupun hari ini, Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan bathin seraya berharap sejak 1 Syawal 1432 H ini, Allah Swt selalu memberikan petunjuk dan Inayah-NYA kepada kita semua.
3 comments:
punna ri Jakarta kulleji nibalukang anjo tapi rinni nai ero, antekamma ntu gan baji-baji ji pamopporang ka di
Saya meminta maaf sama akang, karena jarang silahturahmi seperti dulu..
mohon maaf lahir batin
selamat hari raya idul fitri daeng :) mohon maaf lahir batin
Post a Comment
Be nice. Keep it clean. Stay on topic. No spam.